A.
Perbedaan
Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok
Bimbingan dan konseling
merupakan sebuah respon terhadap kebutuhan manusia. Jauh sebelum bimbingan
konseling dikenal sebagaimana seperti sekarang, sesungguhnya kegiatan bimbingan
dan konseling tersebut telah berlangsung. Literatur iman tertentu serta ribuan
bukti menunjukan bahwa dari abad ke abad manusia selalu meminta nasihat,
petunjuk, dan bimbingan orang lain yang dianggap memiliki pengetahuan yang
superior, wahyu atau pengalaman unggul. Pada peradaban kuno, para filusuf, imam
kuil, pendeta kerajaan, peramal dan para wakil keilahian dan agama dipercayai
memegang fungsi penting untuk memberikan nasihat dan menawarkan konseling.
Bentuk primitif konselor pada masa kini dapat ditemui dalam sosok-sosok kepala
suku, tabib, dukun, peramal yang kepadanya masyarakat meminta nasehat, petunjuk
dan bimbingan untuk pertanyaan yang mengganggu ketenangan atau problem
sehari-hari, atau prediksi untung rugi di masa depan (Gibson & Mitchell:
2010).
Sebagai sebuah respon
terhadap kebutuhan manusia, keberadaan bimbingan dan konseling dalam dunia
pendidikan adalah menyangkut upaya menfasilitasi peserta didik agar mampu
mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya
menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan moral spiritual. Peserta
didik adalah individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah
kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, peserta didik
memerlukan bimbingan karena kurangnya pemahaman/wawasan tentang dirinya dan
lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping
itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan peserta didik tidak
selalu berlangsung secara mulus atau bebas dari masalah. Dengan kata lain,
proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus atau
searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut. Diperlukan upaya
bimbingan dan konseling sebagai sebuah upaya untuk membantu peserta didik
(Departemen Pendidikan Nasional. 2007).
Dalam pelaksanaannya,
kegiatan bimbingan dan konseling dapat dilakukan secara individual dan
kelompok. Format kelompok digunakan pada situasi-situasi tertentu yang tidak
dapat ditangani secara individual. Adapun sasaran layanan dalam format kelompok
pada hakikatnya sama dengan sasaran dalam bimbingan pada umumnya yakni
individu. Untuk mengupayakan pemberian bantuan yang optimal bagi peserta didik,
penting bagi konselor kelompok profesional untuk membedakan antara penggunaaan
bimbingan kelompok dan konseling kelompok dalam memberikan layanan bantuan pada
individu atau peserta didik. (Rusmana. 2009: 13).
Bimbingan kelompok
dapat didefenisikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu
melalui suasana kelompok yang memungkinkan setiap anggota untuk belajar
berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan,
sikap dan atau keterampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya
masalah atau dalam upaya pengembangan pribadi (Rusmana. 2009: 13). Adapun
konseling kelompok, dapat didefenisikan sebagai suatu upaya pemberian bantuan
kepada individu (konseli) yang dilakukan dalam suasana kelompok, bersifat
pencegahan dan penyembuhan, serta bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam
berbagai aspek perkembangan dan pertumbuhannya (Rusmana. 2009: 29).
Merujuk kepada defenisi
di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya bimbingan kelompok, dan
konseling kelompok merupakan bentuk bantuan kepada konseli dengan memanfaatkan
dinamika yang terjadi dalam kelompok. Meskipun demikian, seperti telah
disebutkan di atas, keduanya memiliki karakteristik-karakteristik khusus
tertentu yang membedakan antara yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan
tersebut boleh jadi dari segi tujuan dan fungsi, metode dan teknik yang
digunakan dan lain sebagainya. Untuk dapat memahami perbedaan antara bimbingan
kelompok dan konseling kelompok secara terperinci, berikut dijabarkan perbedaan
keduanya ditinjau dari berbagai aspek (Rusmana. 2009: 14).
Tabel 1
Perbedaan Bimbingan Kelompok dan
Konseling Kelompok
No
|
Aspek
|
Bimbingan Kelompok
|
Konseling Kelompok
|
1
|
Tujuan dan Fungsi
|
Pencegahan masalah
Pengembangan pribadi
|
Pemecahan masalah pribadi
Pencegahan masalah
Pengembangan
pribadi
|
2
|
Jumlah anggota
|
2-15 orang
|
2-7 orang
|
3
|
Karakteristik anggota
|
Heterogen-homogen
|
Homogen
|
4
|
Bentuk kegiatan
|
Permainan-instruksional
|
Transaksional
|
5
|
Peran pembimbing
|
Fasilitatot-tutor
|
Fasilitator-terapis
|
6
|
Peran anggota
|
Aktif membahas topik yang relevan dan
bermanfaat bagi pencegahan masalah atau pengembangan pribadi
|
Aktif membahas masalah pribadi serta
berbagi dan memecahkan masalah orang lain atau dalam upaya pengembangan
pribadi anggota
|
7
|
Suasana interaksi
|
Interaksi multi arah
Aktif bernuansa intelektual,
pencerahan dan pendalaman
|
Interaksi multi arah
Aktif bernuansa itelektual, afeksional
dan emosional
|
8
|
Teknik yang digunakan
|
Sosio-edukasional
|
Psiko-edukasional
|
9
|
Sifat dan materi pembicaraan
|
Masalah umum (melebar)
Tidak memuat rahasia pribadi
|
Masalah pribadi (masalah yang dibahas mendalam)
Memuat rahasia pribadi
|
10
|
Lama dan frekuensi kegiatan
|
Sesuai dengan tingkat pemahaman anggota
tentag topic yang dibahas
|
Sesuai dengan tingkat ketuntasan
pemecahan masalah individual anggota
|
11
|
Evaluasi
|
Keterlibatan, pemahaman isi dan dampak
terhadap anggota kelompok
|
Keterlibatan, kedalaman dan dampak
terhadap ketuntasan pemecahan masalah individual anggota.
|
B.
Perbedaan
Bimbingan dan Konseling Kelompok dengan Psikoterapi Kelompok
Sama
halnya dengan bimbingan dan konseling kelompok, psikoterapi sebagai salah satu
bentuk bantuan yang diberikan kepada individu juga dapat dilaksanakan dalam format
individual dan kelompok. Pada dasarnya terdapat banyak persamaan antara
konseling dan psikoterapi sehingga 1) konseling dan psikoterapi tidak dapat
dibedakan secara jelas, 2) konselor sering mempraktekkan apa
yang oleh psikoterapis dipandang sebagai psikoterapi, dan
3) psikoterapis sering mempraktekkan apa yang oleh
konselor dipandang sebagai konseling.
Meskipun demikian, bidang-bidang ini tetap berbeda
dan memiliki kekhasannya masing-masing. Berikut ini adalah beberapa perbedaan
antara konseling dan psikoterapi.
1. Konseling pada umumnya menangani orang
normal, sedangkan psikoterapi terutama menangani orang yang mengalami ganguan
psikologis.
2. Konseling lebih edukatif, suportif,
berorientasi sadar dan berjangka pendek, sedangkan psikoterapi lebih rekonstruktif,
konfrontatif, berorientasi tak sadar, dan berjangka panjang.
3. Konseling
lebih terstruktur dan terarah pada tujuan yang terbatas dan konkret, sedangkan
psikoterapi sengaja dibuat lebih ambigu dan memiliki tujuan yang berubah-ubah
dan berkembang terus. (Cavanagh: 1982 dalam Didi Tarsidi) .
Lebih jauh lagi,
perbedaan antara bimbingan, konseling dan psikoterapi (dalam hal ini adalah
bimbingan, konseling dan psikoterapi dengan format kelompok) dapat dilihat pada
jabaran berikut ini (Yalom. 1985 dalam Didi
Tarsidi)
No
|
Aspek
|
Bimbingan Kelompok
|
Konseling Kelompok
|
Psikoterapi Kelompok
|
1
|
Tujuan dan Fungsi
|
Pencegahan masalah
Pengembangan pribadi
|
Pemecahan masalah pribadi
Pencegahan masalah
Pengembangan
pribadi
|
Sengaja
dibuat lebih ambigu dan memiliki tujuan yang berubah-ubah dan berkembang
terus.
|
2
|
Jumlah anggota
|
2-15 orang
|
2-7 orang
|
5
hingga 10 orang, tetapi jumlah yang ideal untuk kelompok terapi interaksional
adalah 7 atau 8 orang.
|
3
|
Karakteristik anggota
|
Heterogen-homogen
|
Homogen
|
Heterogen-homogen
Terbuka-tertutup
|
4
|
Bentuk kegiatan
|
Permainan-instruksional
|
Transaksional
|
Rekonstruktif,
konfrontatif, berorientasi tidak sadar, dan berjangka panjang
|
5
|
Peran pembimbing
|
Fasilitatot-tutor
|
Fasilitator-terapis
|
Menciptakan dan memelihara kelompok
Membangun budaya kelompok
Activasi dan iluminasi
|
6
|
Peran anggota
|
Aktif membahas topik yang relevan dan
bermanfaat bagi pencegahan masalah atau pengembangan pribadi
|
Aktif membahas masalah pribadi serta
berbagi dan memecahkan masalah orang lain atau dalam upaya pengembangan
pribadi anggota
|
setiap
anggota harus terus-menerus berkomunikasi dan berinteraksi dengan
anggota-anggota lainnya. Tanpa memandang pertimbangan-pertimbangan lain,
perilaku aktual dari anggota kelompok menentukan nasib kelompok itu
|
7
|
Suasana interaksi
|
Interaksi multi arah
Aktif bernuansa intelektual,
pencerahan dan pendalaman
|
Interaksi multi arah
Aktif bernuansa itelektual, afeksional
dan emosional
|
Interaksi dan komunikasi terus menerus
Aktif
|
8
|
Teknik yang digunakan
|
Sosio-edukasional
|
Psiko-edukasional
|
Format khusus
|
9
|
Sifat dan materi pembicaraan
|
Masalah umum (melebar)
Tidak memuat rahasia pribadi
|
Masalah pribadi (masalah yang dibahas
mendalam)
Memuat rahasia pribadi
|
Menangani
orang yang mengalami ganguan psikologis.
|
10
|
Lama dan frekuensi kegiatan
|
Sesuai dengan tingkat pemahaman
anggota tentag topic yang dibahas
|
Sesuai dengan tingkat ketuntasan
pemecahan masalah individual anggota
|
80
hingga 90 menit
satu
hingga lima kali seminggu
|
11
|
Evaluasi
|
Keterlibatan, pemahaman isi dan dampak
terhadap anggota kelompok
|
Keterlibatan, kedalaman dan dampak
terhadap ketuntasan pemecahan masalah individual anggota.
|
-
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar